3 Jenis Film (Dokumenter, Fiksi, Eksperimental)

3 Jenis Film

3 Jenis Film – Secara umum, film dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: film dokumenter, film fiksi dan film eksperimental.

Pembagian ini didasarkan dari cara bertuturnya, yaitu cara bertutur naratif (cerita) dan cara bertutur non-naratif (non cerita) yang mana film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas dari awal hingga akhir film, sedangkan 2 jenis film lainnya (dokumenter dan eksperimental) tidak.

Film – film dokumenter sendiri memiliki konsep realisme (nyata) dan berlawanan dengan film-film eksperimental yang memiliki konsep formalisme (abstrak) atau surealis.

Sedangkan film fiksi sendiri berada tepat di tengah-tengah kedua jenis film diatas.

Film Dokumenter

Ciri utama dari film dokumenter adalah menyajikan sebuah fakta. Dimana film dokumenter selalu berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa dan juga lokasi yang nyata (tidak dibuat atau dikarang seperti halnya film fiksi).

Film dokumenter sendiri tidak menciptakan seuatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.

Selain itu, film dokumenter tidak memiliki plot seperti halnya film fiksi. Namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan atas tema atau argumen dari sineasnya.

Tokoh protagonis, antagonis serta konflik pun tidak dimiliki oleh film dokumenter. Hanya saja film ini lebih sering mengangkat isu-isu atau masalah yang sedang hangat diperbincangkan.

Struktur film ini umumnya sederhana sehingga memudahkan penonton memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Seperti misalnya film dokumenter Nanook of the North (1919) yang dianggap sebagai salah satu film dokumenter tertua.

Film dokumenter juga bisa digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan diantaranya untuk menyebarkan informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik atau propaganda, dan lain sebagainya.

Dalam penyajian faktanya, dokumenter dapat menggunakan beberapa metode:

Merekam Langsung

Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa itu benar-benar terjadi. Produksi dengan menggunakan metode ini bisa selesai dengan waktu yang singkat, bahkan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin membuat film dokumenter dengan merekam secara langsung.

  • Lakukan riset yang sangat mendalam, karena apa yang kita filmkan ini berhubungan dengan peristiwa yang mungkin tidak akan terulang lagi. Jadi pastikan anda benar-benar memahami secara mendalam peristiwa tersebut.
  • Selalu siapkan kamera untuk menangkap momen-momen penting. Ini juga yang menjadi alasan kenapa banyak pembuat film dokumenter menggunakan kamera yang kecil, sederhana dan selalu siap digunakan. Karena mereka harus selalu siap menangkap setiap kejadian yang mungkin nantinya berguna untuk mendukung film dokumenter tersebut.
  • Sediakan tempat penyimpanan data yang besar. Mungkin kita akan melakukan proses pengambilan gambar selama berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun. Jadi selalu siapkan penyimpanan data untuk membackup data hasil pengambilan gambar.

Merekonstruksi Ulang

Sebuah film dokumenter yang merekontruksi ulang sebuah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi. Film dokumenter jenis ini menggunakan pengadeganan dan persiapan teknis layaknya film fiksi.

Selain adegan yang direkontruksi kembali, film dokumenter jenis ini tetap berisikan wawancara yang menjelaskan secara rinci sebuah peristiwa serta apa yang mereka pikirkan dan rasakan pada saat itu.

Terkadang, dokumenter jenis ini bisa menggunakan pelaku asli dalam peristiwa. Bisa juga menggunakan pemain lainnya yang di arahkan sehingga sesuai karakternya dengan pelaku asli. Tentunya arahan tersebut masih harus sesuai dengan hasil riset dan wawancara terhadap pelaku asli dalam kejadian diatas.

Film-film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas dimana tujuan utamanya adalah mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas serta otentitas peristiwa yang direkam. Selain itu sangat jarang film dokumenter yang menggunakan efek-efek visual dan musik illustrasi.

Jenis kamera yang digunakannya pun umumnya ringan, menggunakan lensa zoom, media perekam digital seperti memory card, perekam suara portable sehingga memungkinkan melakukan pengambilan gambar hanya dengan kru yang minim (3-5 orang).

Dalam menyampaikan informasinya kepada penonton, banyak dokumenter yang menggunakan narator untuk membawakan narasinya dan ada pula yang menggunakan metode interview atau wawancara.

Teknik-teknik diatas juga sering digunakan untuk produksi film fiksi. Namun bedanya sineas hanya menggunakan teknik tersebut sebagai gaya pendekatan estetik (gaya) sedangkan sineas dokumenter lebih terfokus untuk unsur naratif subjeknya (isi dan tema).

Film Fiksi

Fiksi adalah jenis film kedua. Dimana film jenis ini berbeda dengan film dokumenter. Film fiksi lebih terikat dengan plot dan cerita yang disajikan pun diluar kejadian nyata (cerita dari imajinasi penulis naskahnya).

Film fiksi juga memiliki konsen pengadeganan yang sudah dirancang sejak awal. Struktur ceritanya pun harus terikat dengan hukum sebab akibat (hukum kausalitas). Terdapat karakter protagonis dan antagonis, masalah serta konflik, dan ending atau penutup.

Dari segi produksi, film fiksi prosesnya lebih kompleks dari pada dua jenis film lainnya. Baik dari segi manajemen karena menggunakan jumlah kru yang tidak sedikit, begitu juga dari segi waktu yang lama karena membutuhkan waktu untuk menseting lokasi entah itu di studio ataupun diluar studio (Indoor dan Outdoor).

Film Eksperimental

Merupakan jenis film yang paling berbeda karena sineas jenis film ini biasanya bekerja diluar industri film yang mainstream.

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Dimana strukturnya sangat dipengaruhi oleh subjektifitas pembuatannya seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batinnya.

Pada umumnya, film jenis ini tidak menceritakan apapun, bahkan terkadang menentang kausalitas seperti yang dilakukan sineas-sineas surealis dan juga dada.

Film jenis ini juga sangat susah dipahami karena pembuatnya menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.

Catatan

Karena posisinya yang diantara film dokumenter dan juga eksperimental, maka terkadang jenis film fiksi bersinggungan baik dari unsur naratifnya atau unsur sinematiknya.

Seperti misalnya film fiksi yang menggunakan gaya pengambilan gambar dokumenter. Teknik ini sebenarnya telah lama populer di beberapa aliran film seperti gerakan sinema neorealisme serta new wave dari perancis yang mengusung cinema verite atau direct cinema.

Disisi lain, ada juga film fiksi yang menggunakan cerita serta latar abstak seperti film eksperimental untuk mendukung adegan mimpi atau halusinasi. Seperti halnya film spellbound karya alfred hichtcock yang berkolaborasi dengan pelukis surealis salvador dali untuk menggarap sebuah adegan mimpi.

Sekian pembahasan saya tentang 3 jenis film secara umum, apakah teman-teman disini ada pertanyaan? Bisa disampaikan di kolom komentar dibawah ini ya.

Perlu Referensi? Silahkan isi kolom dibawah untuk melihat referensi dari artikel ini.

[emaillocker id=”1992″] Pratista, Himawan, Memahami Film, ed. oleh Esthi Damayati (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008)[/emaillocker]

Salam CSinema