Perkembangan Film Dokumenter – Dokumenter merupakan salah satu jenis film non fiksi diantara 3 jenis film yang ada. Berdasarkan buku Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi karya Gerzon R. Ayawaila (2008), Film dokumenter tertua yang tercatat dan masih digunkan referensi sampai sekarang adalah film karya Robert Joseph Flaherty pada tahun 1922 berjudul Nanook of the North.
Flaherty bisa dikatakan sebagai Dokumentaris pertama berkat karyanya diatas. Dokumentaris sendiri merupakan sebutan bagi pembuat film dokumenter. Umumnya dokumentaris lebih sering merangkap-rangkap sekaligus beberapa posisi seperti produser sekaligus sutradara, penulis naskah sekaligus juru kamera, perekam suara sekaligus editor (Seperti film karya Nick Broomfield yang mana sutradaranya merangkap sebagai perekam suara) atau bahkan seorang sutradara yang merangkap semua job desk diatas.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan para pembuat film fiksi, yang mana setiap orang dalam produksi memiliki job desk masing-masing dan jarang ada sutradara merangkap menjadi juru kamera atau perekam suara. Namun beberapa kasus yang sering terjadi adalah sutradara sering merangkap menjadi produser atau penulis skenario.
Jika dibandingkan dengan produksi film fiksi, produksi film dokumenter hanya membutuhkan tim kecil yang umumnya berjumlah 2 – 5 orang. Jumlah ini bisa dianggap efektif dan praktis jika saat syuting diperlukan gerak yang cepat dan leluasa. Dengan begitu, juru kamera dan perekam suara akan selalu siap merekam peristiwa yang terjadi setiap saat tanpa dugaan atau rencana daripada menggunakan tim yang lebih dari 5 orang.
Dalam perkembangannya, selain Lumiere Brothers ada beberapa nama lain sebagai pelopor film yang tercatat sejarah. Dimana sampai hari ini teori atau metode dari masing-masing pelopor tersebut tetap menjadi referensi dalam kajian atau pembahasan teori film yang salah satunya adalah Robert Joseph Flaherty.
Robert Joseph Flaherty (1884 – 1951)
Flaherty lahir di Iron Mountain, Michigan, 16 Pebruari 1884 dan meninggal di Dummerston, Vermont, 23 Juli 1951 yang memulai profesinya sebagai peneliti sumber tambang (karena ayahnya merupakan seorang manager perusahaan tambang besi di Michigan) Dia mengenal kamera film saat melakukan penelitian di sebuah lokasi tambang besi di Teluk Hudson.
Pada ekspedisinya ketiganya, Flaherty menggunakan kamera Bell&Howell setelah sebelumnya mengikuti kursus kilat mengenai teknik kamera. Namun selama penelitian tahun 1916 itu, Flaherty lebih tertarik untuk merekam kehidupan manusia pekerja tambang ketimbang sumber-sumber tambang itu sendiri. Bahkan tanpa disadari, dia telah menghabiskan rol film sepanjang 17 jam lebih yang berisi rekaman tentang kehidupan sehari-hari bangsa Eskimo.
Setelah melalui proses penyuntingan panjang, akhirnya hasil rekaman Flaherty tersebut menjadi karya dokumenter pertama yang dipertontonkan kepada publik di Universitas Harvard. Namun sayang, film dokumenter tersebut tidak bisa kita saksikan pada masa ini hanya karena puntung rokok Flaherty jatuh tepat diatas gulungan film tersebut dan membakarnya hingga habis.
Tidak berhenti disitu, Flaherty pada tahun 1920 membuat sebuah film untuk mempromosikan produk jaket musim dingin yang diproduseri oleh perusahaan Revillon. Diapun mempersiapkan semuanya dengan cukup matang, dimana konsep yang dia susun adalah merekam kehidupan dari keluarga Nanook yang merupakan keluarga salah satu suku Itivimuit di Eskimo.
Akhirnya film promosi inipun diberi judul Nanook of The North yang oleh pra kritikus film menganggapnya sebagai The Best Moving Picture of 1922-1923. Film ini juga dianggap sebagai karya dokumenter pertama yang tercatat dan diakui. Padahal setahun sebelumnya (1921) seorang pelukis Charles Sheeler dan fotografer Paul Stand yang keduanya merupakan seniman Amerika Serikat membuat sebuah film non fiksi eksperimental berjudul Manhatta yang menceritakan tentang potret pelabuhan New York City.
Hingga saat ini, karya dari Flaherty masih dijadilan materi pembahasan tentang sejarah dan teori estetika film. Selain Nanook of The North, Flaherty juga memiliki beberapa karya lain diantaranya: Moana: a Romance of The Golden Age (1926), The Twenty-four Dollar Island (1927), Tabu (1931), Man of Aran (1934), Elephant Boy (1937), The Land (1942), dan Louisiana Story (1948).
Dalam menggarap karyanya, Flaherty lebih memusatkan perhatian pada tahap produksi (shooting). Gambar indah hasil penataan sinematografi yang sudah di konsep dalam ide kreatifnya merupakan tuntutan dalam membuat sebuah film. Dia percaya bahwa esensi dari kreasi (proses kreatif) dalam membuat film dokumenter terletak pada penataan sinematografi (kamera)
Dziga Vertov (1896 – 1954)
Vertov atau yang bernama asli Denis Abramovich Kaufman lahir di Rusia pada 2 Januari 1896 dan meninggal 12 Pebruari 1954 merupakan salah satu dokumentaris yang berlatar belakang seorang reporter.
Vertov berhasil menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi untuk spesialiasi kedokteran dan psikologi ditengah gejolak politik Rusia di tahun 1917. Selepas pendidikannya, dia lantas melamar menjadi tenaga sukarela di Kino-Nedelya atau Moscow Cinema Commitee yang setahun kemudian dia diangkat menjadi editor mingguan. Sejak itulah Vertov banyak memproduksi film-film berita (newsreels).
Pada tahun 1922, Vertov menyampaikan teorinya bernama Kino-Pravda yang dalam terjemahan bahasa Inggris sama artinya dengan Film Truth atau film kebenaran. “Kamera merupakan mata film dan film dokumenter bukan menceritakan suatu realitas objektif. Melainkan suatu realitas berdasarkan apa yang terlihat dan terekam oleh kamera sebagai mata film”. mata film sendiri disebut Kino-Eye atau Kino-Glaz oleh Vertov.
Teori yang dia rumuskan ini direfleksikan dalam film dokumenter berjudul The Man With a Movie Camera (1929) yang mana dalam tulisan Gerzon R. Ayawaila (2008) menyatakan bahwa film itu tidak menceritakan apapun. Vertov hanya menceritakan bagaimana film dibuat.
Beberapa karya Vertov seperti Anniversary of The Revolution (1919), The Battle of Tsaritsyn (1920) dan History of The Civil War (1922) lebih banyak menggunakan gaya-gaya film berita (newsreel film) atau film feature sesuai dengan teori yang dia kemukakan diatas.
Selebihnya, karya vertov lebih bersifat film propaganda yang diproduksi untuk kepentingan penguasa Uni Soviet saat itu. Namun karya dan teorinya ini sangat mempengaruhi dokumentaris generasi berikutnya seperti Jhon Grierson (Inggris), Joris Iven (Belanda), Jean Rouch (Perancis) dan Edgar Morin (Amerika Serikat).
Vertov percaya bahwa proses editing (pasca produksi) merupakan wadah akhir yang sangat berpengaruh untuk mengolah materi gambar (stock shot, footage) menjadi suatu karya dokumenter.
Jhon Grierson (1898 – 1972)
Lahir di Deanston, Skotlandia pada 26 April 1898 dan meninggal pada 19 Pebruari 1972. Latar belakang pendidikannya sendiri adalah ilmu sosial.
Istilah dokumenter sendiri sebenarnya pertama kali dikemukakan oleh Grierson saat mengulas film Moana dari Flaherty. Dalam tulisan yang dimuat dalam surat kabar The New York Sun edisi 8 Pebruari 1926, Grierson menulis secara kritis mengenai Moana yang dia katakan terlalu romantis. Di tulisan itu juga Grierson menjabarkan definisi “karya dokumenter merupakan sebuah laporan aktual yang kreatif (creative treatment of actuality)” yang hingga saat ini masih mengundang perdebatan pro dan kontra atas definisinya tersebut.
Walaupun demikian, istilah dokumenter tetap digunakan sampai sekarang untuk membedakannya dengan film fiksi dan juga film eksperimental.
Grierson masuk di dunia film sejak tahun 1927. Karyanya yang paling fenomenal adalah Drifters (1929) dengan durasi 50 menit. Sebenarnya karya ini dibuat untuk memperkuat argumentasi dan kritiknya atas karya Moana Flaherty yang dia katakan terlalu romantis. Dalam produksinya, Grierson merangkap peran sebagai penulis, sutradara sekaligus produser.
Para pengamat menilai bahwa karya Grierson ini bisa dikatakan sebagai model awal dari film-film propaganda. Dia merupakan tokoh dokumentaris Inggris yang dianggap mempelopori film dokumenter aliran kontemporer, sedangkan sebagai seorang kritikus, teoritikus, sutradara dan juga produser film kontribusinya juga cukup banyak berpengaruh terhadap perkembangan film dokumenter.
Karya-karya Grierson justru lebih memusatkan perhatian pada konsep tertulis (treatment, scenario (pra produksi)) yang mana bagi Grierson sendiri konsep pada cetak biru sangat penting karena menjadi penentu baik buruknya sebuah proses kerja produksi dan kualitas film yang dihasilkan.
Kesimpulan
Selain dokumentaris diatas, masih banyak dokumentaris yang memiliki peran dalam perkembangan film dokumenter dunia. Namun bisa dikatakan bahwa ketiga dokumentrasi diatas lah yang memiliki peranan penting baik karena teori-teorinya hingga karya mereka yang masih digunakan sebagai bahan referensi.
Seperti misalnya Flaherty yang lebih memusatkan perhatian pada tahap (produksi) shooting. Vertov yang percaya bahwa proses editing (pasca produksi) merupakan wadah akhir yang sangat berpengaruh untuk mengolah materi gambar. Sedangkan karya-karya Grierson justru lebih memusatkan perhatian pada konsep tertulis atau treatment dan skenario (pra produksi). Dimana untuk dokumentaris pada masa ini bisa memilih menggunakan teori mana dari penjabaran diatas.
Perlu Referensi? Silahkan isi kolom dibawah untuk melihat referensi dari artikel ini.
[emaillocker id=”1992″] Ayawaila, G. R. (2008). Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi (V. S. Wardhana (ed.); Cetakan Kedua). FFTV IKJ PRESS[/emaillocker]Salam CSinema