Video Adalah Bahasa Kedua – Kita menghabiskan waktu bertahun – tahun untuk menonton tayangan televisi, film dan bahkan video dari youtube.
Kita tahu bagaimana seharusnya sudut pengambilan gambar dari beberapa video yang kita lihat, kita juga bahkan bisa menebak bagaimana alur cerita video tersebut. Dari awal kita juga tahu jika pemeran utama dalam film ini akan bahagia saat ending.
Apa arti semua ini? Orang-orang jaman sekarang memahami sebuah video atau film lebih baik dari pada orang – orang jaman dulu. Namun, sebagian besar dari kita tidak bisa mengutarakan ide kita menjadi sebuah video dengan baik.
Mempelajari cara membuat video sama efektifnya seperti anda mempelajari cara berbicara bahasa kedua (atau mungkin bahasa isyarat).
Tentunya anda tidak ingin membuat penonton salah mengerti setelah menonton video anda kan? Dalam bahasa video, sebuah sudut pengambilan gambar dan pergerakan pun memiliki sebuah arti, dan hal tersebut harus sudah anda rencanakan di awal.
Sebagian orang mengira jika memiliki peralatan canggih akan menyelamatkan hasil video mereka. Dan semua itu memang benar, kamera video jaman sekarang sudah mampu melakukan banyak hal melebihi peralatan video jaman dulu.
Namun, tidak berbeda dengan sebuah komputer, kamera video hanyalah sebuah alat dan bukan seorang pencerita. Kamera hanya bisa menceritakan sesuatu sesuai dengan apa yang anda inginkan.
Tetapi, mengetahui cara mengoperasikan kamera video tidak serta merta membuat anda menjadi seorang pembuat film. Sama halnya seperti seorang yang mahir menggunakan pisau bedah tidak serta merta menjadikannya seorang spesialis bedah. Dan hal ini juga berlaku untuk profesi lainnya. Selalu ada waktu yang harus kita lalui untuk bisa menjadi orang yang mahir.
Sebagian besar orang berfokus pada peralatan yang canggih, sebagian lagi menghawatirkan kabel dan resolusi, sisanya memikirkan piksel dan perangkat lunak terbaik. Semuanya sibuk dengan peralatan dan melupakan apa yang bisa mereka ekplorasi dari peralatan tersebut. Dan melupakan bagaimana membuat sesuatu yang ingin dilihat penonton.
Singkatnya, orang-orang yang akan menonton video kita memiliki pola pikir yang hampir sama dengan kita. Itu merupakan kabar baik, dimana jika kita membuat video yang kita sendiri senang menontonya, maka target penonton kita pun akan senang menonton video kita. Dan begitu juga sebaliknya.
Perlu Referensi? Silahkan isi kolom dibawah untuk melihat referensi dari artikel ini.
[emaillocker id=”1992″] 1.Stockman, Steve, How To Shoot Video That Doesn’t Suck. Cara Asik Bikin Video Ciamik, trans. oleh Sri Noor Verawati (Jakarta: Prigel Books, 2014)[/emaillocker]Salam CSinema