Apa yang membuat anda tertarik saat menonton film?
Unsur Pembentuk Film – Apakah itu karena pemainnya, cerita, seting, musik, visual effect, pergerakan kamera atau yang lainnya.
Tanpa kita sadari, saat kita membicarakan sebuah film, kita akan selalu bersinggungan dengan unsur-unsur pembentuk film.
Himawan Pratista dalam bukunya Memahami Film1 , membagi unsur-unsur pembentuk film menjadi 2, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik yang saling berinteraksi dan berkesinambungan sehingga membentuk sebuah film. Mari kita bahas satu persatu.
Unsur Naratif
Unsur naratif sendiri adalah bahan (materi) yang akan diolah. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan seorang pembuat film terhadap cerita film itu sendiri.
Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film dan setiap film yang dibuat selalu memiliki unsur naratif.
Setiap cerita pasti memiliki elemen seperti: tokoh, konflik, masalah, lokasi dan juga waktu. Elemen-elemen itulah yang saling berinteraksi secara berkesinambungan satu sama lain sehingga membentuk unsur naratif.
Seluruh elemen itu terikat oleh satu hukum kausalitas (sebab-akibat). Hukum kausalita ini bersama-sama dengan unsur ruang dan waktu adalah elemen pokok pembentukan sebuah film.
Contoh: Adegan sebuah rumah yang terbakar (akibat) pasti akan dibarengi dengan adegan seseorang yang sedang bermain api di dekat tempat tidur atau bisa juga dengan adegan kompor yang sedang menyala tanpa ada yang mengawasi (sebab).
Bisa juga adegan seorang anak menendang bola (sebab) dan dibarengi dengan gambar sebuah kaca jendela yang pecah atau pot tanaman yang berserakan (akibat). Baca juga 4 tips membuat cerita
Unsur Sinematik
Unsur sinematik sendiri adalah cara (gaya) untuk mengolah unsur naratif atau bisa dibilang merupakan aspek-aspek teknik pembentuk film.
Unsur sinematik terbagi menjadi 4 elemen pokok yaitu: mise-en-scene, sinematografi, editing dan suara.
Unsur ini merupakan aspek teknis dalam produksi film.
Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Lebih tepatnya di dalam sebuh frame yang akan kita ambil. Mise-en-scene memiliki 4 bagian pokok yaitu:
- Setting atau latar.
- Tata Cahaya.
- Kostum dan Make up.
- Akting dan pergerakan pemain.
Sinematografi adalah perlakuan kamera dan “film”nya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.
Silahkan baca apa itu film untuk mengetahui beberapa pengertian dari “film”.
Editing adalah proses pemotongan atau transisi sebuah gambar ke gambar lainnya (shot-shot).
Sedangkan suara adalah semua hal dalam film yang bisa kita tangkap melalui indra pendengaran.
Apakah bisa membuat film tanpa salah satu elemen diatas?
Bisa, tentunya akan ada beberapa hal yang hilang dan mungkin membuat penonton film megalami kesulitan dalam memahami film tersebut.
Selain itu jika salah satu elemen diatas dihilangkan, maka elemen yang lainnya lah yang harus ditonjolkan untuk mengisi kekosongan elemen yang hilang.
Contoh: Saat kita ingin menghilangkan elemen suara dalam film (seperti saat era film bisu) pastinya akan ada elemen yang lebih di tonjolkan seperti mise-en-scene nya (acting).
Walaupun sebenarnya, film bisu tercipta karena keterbatasan teknologi pada saat itu.
Film-film charlie chaplin adalah salah satu film bisu yang sangat populer di jamannya (sekitar tahun 1920-1940) dan pada tahun 2011, studio Warner Bros mendistribusikan sebuah film bisu dengan judul the artist (film ini tidak 100% menggunakan konsep bisu).
Silahkan cek info tentang film ini di imdb dan juga wikipedia.
Selain dari elemen suara, ada juga beberapa film yang menghilangkan elemen editing walaupun jumlahnya yang masih sedikit.
Kesimpulan
Begitu juga dengan film, walaupun kita memiliki cerita atau tema yang sangat bagus dan kuat, tetapi tidak di dukung dengan pencapaian sinematik yang bagus maka hasilnya akan kurang maksimal.
Begitu juga sebaliknya, walaupun kita memiliki teknik sinematik yang kuat, tetapi lemah pada sisi cerita dan tema hasilnya juga tidak maksimal.
Bahasa film adalah bahasa suara dan gambar. Keberhasilan seseorang dalam memahami film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahamannya terhadap aspek naratif dan sinematik sebuah film secara utuh.
Dan apabila kita mengangap sebuah film itu buruk, bukan berarti selalu ada kekurangan dalam film tersebut. Melainkan mungkin dari diri kita sendiri yang belum secara utuh memahami film dari aspek naratif dan sinematiknya.
Bagaimana menurut teman-teman disini? Apakah kalian sudah memahami tentang kedua unsur ini secara mendalam? Mari bagikan pendapatmu di kolom komentar dibawah.
Salam Sinema
Sumber
[emaillocker id=”1992″]1. Pratista, Himawan, Memahami Film, ed. oleh Esthi Damayati (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008)
[/emaillocker]