Menjadi Penulis Naskah atau Skenario Film

penulis-naskahAdakah ada yang ingin menjadi penulis naskah atau skenario film?

Sebenarnya saya dari dulu tidak memiliki dasar di bidang tulis menulis, tetapi karena beberapa waktu lalu banyak ada ide cerita yang muncul dan bingung harus memulai dari mana, makanya saya ingin belajar menjadi penulis naskah.

Mungkin postingan ini tidaklah terlalu lengkap, tetapi setidaknya bisa menjadi catatan saya dalam membuat sebuah naskah.

Baik, saya mulai saja dari awal. Dalam membuat skenario film, sebenarnya kita bisa mulai dari salah satu point dibawah ini.

1. Ide

Ide / ide cerita adalah gagasan sebuah cerita yang nantinya akan dituangkan menjadi sebuah cerita dalam skenario.

Sumber ide cerita

Sebenarnya ide cerita itu bisa datang dari mana saja, dari pengalaman anda, dari apa yang anda lihat, dari orang-orang atau kejadian disekitar anda.

Tapi, jika anda masih kesulitan untuk mencari ide cerita, cobalah mendapatkan ide cerita sederhana dari beberapa sumber dibawah ini.

1. Keluarga

Adalah sumber ide cerita yang paling dekat dengan anda. Anda bisa mengembangkan apa yang terjadi pada keluarga anda.

Kejadian lucu, kocak, dan lain sebagainya yang biasa anda lihat di keluarga anda. Catat dan kembangkan ide yang anda dapatkan tersebut.

2. Pacar, Teman, Sahabat

Sumber ide kedua adalah pacar, teman dan juga sahabat anda.

Hal-hal yang sering anda lakukan dengan mereka, se-sederhana apapun pasti akan bisa menjadi bahan ide yang sangat menarik.

3. Idola

Anda mengidolakan seorang pemusik atau seorang penari? Anda bisa mencoba membuat sebuah skenario dari orang yang anda idolakan tersebut.

Mulai dari kehidupan mereka, gaya hidup, pengalamannya dan lain sebagainya tentang idola tersebut.

4. Hobi

Jika anda senang membaca, atau memancing, olahraga lari atau bersepeda. Anda bisa menjadikannya sebuah ide.

Dan yang pasti adalah, saat anda menjadikan hobi itu sebuah ide cerita, anda akan sangat memahami ide tersebut karena berasal dari hobi anda sendiri.

5. Binatang Peliharaan

Pernahkah anda menonton film yang bertemakan binatang peliharaan?

Misalnya anjing, kucing atau anda pasti pernah menonton film “Little Stuart” dimana ada peran seekor kucing peliharaan yang berpetualang dengan majikannya (yang merupakan seekor tikus).

Hewan peliharaan disini bisa juga sebagai sumber ide anda.

Misalnya anda menceritakan petualangan anjing anda yang tersesat dan akhirnya bisa kembali pulang.

Ingatlah, seberapa menarik ide cerita dari hewan peliharaan tersebut, anda harus tetap memikirkan apakah cerita itu bisa anda jadikan film atau tidak.

Note: Karena menyuruh hewan melakukan akting tidaklah semudah menyuruh manusia.

6. Tradisi

Tradisi apa yang menarik di sekitar tempat tinggal anda?

Pasti ada dan jumlahnya banyak sekali. Tetapi anda menganggap bahwa tradisi di sekitar anda itu tidaklah menarik benarkan?

Walaupun tradisi itu tidak menarik bagi anda, cobalah menjadikannya sebagai sumber ide dan kembangkan menjadi skenario film.

Pastinya ada banyak orang diluar sana yang masih belum tahu tentang tradisi itu dan inilah saatnya anda menyampaikannya lewat media film.

Satu saran yang pernah saya dapatkan dari dosen saya,

Jangan pernah memulai ide dari yang besar. Mulailah dari ide yang kecil, karena lama kelamaan pasti akan menjadi ide yang besar juga. Denny KMF

Jadi, jangan pernah remehkan ide yang terlintas di benak anda, walaupun itu sangat sederhana.

Malahan jika anda memulai dari ide yang sudah besar dan berat untuk di jadikan sebuah film, itu hanya akan menyusahkan anda sendiri.

Oke, itulah setidaknya ada 6 sumber ide cerita sederhana yang bisa anda coba.

Tetapi jika anda merasa sumber ide-ide diatas terlalu mainstream, cobalah beberapa cara dibawah ini untuk menemukan ide-ide cerita yang baru.

1. Brainstorming

Ambillah selembar kertas dan sebuah pulpen atau pensil. Tulislah satu sampai dua kata yang melintas di kepala anda.

  • mobil
  • pulpen
  • rumah
  • berangkat kerja
  • kunci
  • macet
  • istirahatJangan pikirkan tentang apa itu, tulis saja.

Sampai anda merasa tidak ada lagi hal yang bisa anda tuliskan.

Dengan cara ini anda pasti akan mendapatkan segudang ide cerita yang terlintas di otak anda.

Selanjutnya, pilah-pilah ide mana yang kiranya bisa anda kerjakan terlebih dahulu.

Hal ini karena tidak semua ide yang anda tuliskan tadi bisa anda wujudkan.

Misalnya ide tentang pengalaman anda berangkat kerja atau ide tentang usaha anda ingin memiliki mobil.

Selain itu, anda juga bisa menggabungkan beberapa ide yang anda tulis menjadi sebuah ide yang saling berhubungan.

Misalnya anda menggabungkan ide pengalaman anda berangkat kerja menggunakan mobil baru anda, tetapi di tengah jalan anda malah terjebak kemacetan.

2. Tonton Film

Cara kedua adalah dengan menonton film. Luangkanlah waktu anda sejenak untuk menonton film pendek, film bioskop, iklan, video klip atau apapun yang berhubungan dengan media audio visual.

Bahkan anda juga perlu melihat dan memahami gambar poster dari film tersebut.

Semakin banyak film yang anda tonton, akan semakin banyak ide dan konsep cerita yang bisa anda tuangkan dalam skenario anda.

Ingat, anda hanya perlu menemukan beberapa kata – kata yang tersirat dalam film tersebut dan sisanya anda kembangkan sendiri.

Persis seperti konsep brainstorming diatas.

3. Baca Buku

Setelah anda menonton film, mungkin anda bisa mulai untuk membaca sebuah buku.

Sekali lagi kita tidak membicarakan tema atau pembahasan apa yang ada dalam buku tersebut. yang penting anda membacanya dan mengerti tentang isi bacaan tersebut.

Selain buku, anda juga bisa membaca artikel, berita online, koran atau majalah yang jelas bacaan-bacaan tersebut akan bisa merangsang otak anda untuk menemukan sebuah ide.

4. Diskusi

Ini bisa anda lakukan di mana saja dan kapan saja dengan semua orang yang anda kenal. Biasanya saya melakukan ini saat bertemu teman-teman lama atau saat berdebat membicarakan sesuatu dengan teman saya.

Diskusi di sini bisa anda lakukan saat bertemu dengan teman lama atau pun orang yang baru anda kenal.

Biasanya saat kenal dengan orang baru yang memiliki pengalaman lebih banyak, kita akan merasa menemukan ide-ide baru.

Sedikit saran untuk anda yang baru memulai berburu ide cerita.

1. Bawalah sebuah buku catatan dan pulpen

Buku catatan ini fungsinya untuk menulis semua ide yang tiba-tiba terlintas dikepala anda. Tidak perduli itu dimana, yang terpenting tulislah ide tersebut.

Ini sangat penting karena seberapa bagus nilai anda dikelas, anda tidak akan bisa mengingat semua ide yang terlintas dikepala anda itu selamanya.

Karena itulah kita memerlukan catatan dan saya yakin semua penulis di dunia ini akan setuju dengan hal itu.

Jika anda lupa membawa buku catatan, anda bisa meminta selembar kertas atau mungkin menuliskan ide tersebut di smartphone anda.

2. Siapkan kamera

Kamera bisa kita gunakan untuk menangkap sebuah moment yang mungkin nantinya bisa menjadi sumber ide cerita kita.

Apapun kejadian yang tiba-tiba terjadi di dekat anda bisa anda dokumentasikan dengan menggunakan kamera. baik itu berupa foto ataupun video.

Baiklah, mari kita lanjutkan. Pada dasarnya, saat kita memiliki ide. Ada tiga tingkatan dari ide tersebut. Yaitu:

  1. Tahu
  2. Kenal
  3. Paham

Nah, dari ketiga tingkatan diatas, paling tidak kita berada di tingkatan paham saat mengolah ide tersebut dan dituangkan menjadi sebuah cerita.

Lalu, bagaimana jika kita tidak paham?

Jika kita masih belum paham dengan ide yang terbersit di dalam kepala kita, maka lalukanlah Research sampai anda paham.

Misalnya anda tahu bahwa Subak itu adalah salah satu kekayaan budaya yang ada di Bali.

Tetapi anda belum begitu paham apa sebenarnya subak itu, maka lakukanlah research.

Berikut ini adalah beberapa tahapan yang bisa anda lakukan untuk melakukan proses research

1. Kumpulkan Data (Observasi, Wawancara, Buku / Dokumen)

Carilah data yang berhubungan dengan ide yang ada di kepala anda.

Data tersebut bisa di dapat dari observasi langsung ke lapangan, dapat berupa wawancara dengan para ahli di bidangnya, dari buku-buku atau dokumen-dokumen.

2. Pilah Data (Klasifikasikan Data)

Setelah anda memiliki datanya, cobalah pilah data-data diatas.

Data manakah yang menurut anda penting dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan naskah film anda.

3. Verifikasi Data (Buku, Jurnal, Penelitian Orang Lain)

Cara memverifikasi disini adalah dengan mencari data yang lebih akurat dari sumber buku, jurnal atau hasil penelitian orang lain.

Karena biasanya, hasil wawancara akan sedikit berbeda dengan pernyataan yang ada di buku.

4. Buat Ringkasan dan Pelajari

Jika sudah, buatlah ringkasan dari data-data yang sudah kita kumpulkan dan pilah. Nah data inilah yang akan membantu kita dalam memahami ide yang terbersit dalam kepala kita. Baca juga 2 unsur pembentuk film

Saya rasa cukup kita membahas ide, saatnya membahas point yang lainnya dalam membuat sebuah skenario film yaitu tema.


2. Tema

Sebenarnya apa tema itu? Tema adalah sebuah gagasan pokok dari sebuah ide. Sebenarnya tema itu sendiri merupakan pengembangan dari ide yang sudah kita cari sebelumnya.

Tema dapat berupa tema Percintaan, rumah tangga, perselingkuhan, persahabatan, kepahlawanan, petualangan, balas dendam, religi dan lain sebagainya.

Tema itu pokok pikiran dalam sebuah karangan atau dasar cerita yang ingin disampaikan ke penonton.

Mungkin sebagian dari anda ada yang menyadari dan bertanya-tanya tentang genre. Apa genre itu sendiri sama dengan tema.

Mungkin ia, mungkin juga tidak. Tetapi mari coba kita bahas apakah keduanya ini sama?

Genre sendiri hanyalah penggolongan jenis cerita yang kita buat. Himawan Pratista dalam bukunya Memahami Film mengatakan

Genre berasal dari bahasa Prancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Himawan Pratista – Memahami Film

Jadi saat kita sudah menentukan tema dari sebuah film, bukan berarti kita menentukan genre nya. Sebenarnya genre film itu sendiri bersifat umum dan sangatlah luas.

Hampir sama dengan aliran pada musik. Sedangkan tema sendiri kita dapatkan setelah mengembangkan ide yang kita dapatkan.

Intinya tema dan genre merupakan dua hal yang hampir mirip, tetapi sifatnya berbeda. Untuk lebih lanjutnya saya akan membuat pembahasan tersendiri untuk genre film. jadi sekarang mari kita fokus dengan tema.

Selanjutnya kita membahas point terakhir dalam memulai membuat sebuah skenario.


3. Sasaran Film

Ketiga adalah sasaran dari skenario yang akan kita buat. Sasaran ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori.

Ada berdasarkan umur, ada juga berdasarkan tingkatan sosial dan atau tingkat pendidikannya.

Tetapi untuk yang paling sederhana mencari sasaran dalam membuat skenario itu adalah dari segi umur penonton film dari skenario yang anda buat.

Adapun pembagian dari umur dan kategori ini adalah sebagai berikut.

Umur

1 Anak-anak (Usia 5-12th)

Ini adalah usia yang paling pertama, dimana sasaran dari naskah atau skenario yang kita buat adalah untuk anak-anak dari rentang usia 5 – 12 tahun.

Biasanya, skenario yang dibuat lebih banyak menceritakan tentang persahabatan, keluarga, hewan peliharaan.

Biasanya sangat jarang menunjukkan kekerasan di setiap adegannya, karena dianggap tidak mendidik untuk usia anak-anak.

2. Remaja (13-17th)

Sasaran kedua adalah remaja dari rentang usia 13 – 17 tahun. Untuk temanya sendiri masih seputar persahabatan dan juga keluarga, tetapi lebih banyak menampilkan konflik-konflik dalam keluarga dan di akhir cerita dibuat happy ending (akhir yang bahagia) atau masalah-masalah yang dari awal cerita dapat diselesaikan.

Kadang juga menceritakan tentang hubungan cinta, kelakuan-kelakuan di sekolah dan pengalaman liburan musim panas atau musim dingin (untuk film-film luar negeri).

3. Dewasa (17+)

Cerita yang dibuat untuk sasaran orang dewasa biasanya cerita-cerita superhero, pertengkaran rumah tangga, kehidupan seorang militer, kepahlawanan dan kadang-kadang menceritakan hal-hal yang sangat terbuka seperti seks, kekerasan, kehidupan malam dll.

Walaupun bisa dibilang lebih bebas, seorang pembuat naskah hendaknya tetap memperhitungkan apakah cerita ini layak ditulis atau tidak.

4. Umum (cakupan usia yg luas)

Ini rentang usia yang tidak ada batasannya, dimana semua unsur cerita dapat dimasukkan dalam sasaran umum ini.

Walaupun demikian, hendaknya dapat dipikirkan unsur-unsur cerita mana yang sebaiknya dimasukkan atau cerita mana yang harusnya dibuang dalam sasaran ini.

Selain 4 sasaran diatas, ada juga beberapa sasaran lainnya yang bisa di klasifikasikan.

Misalnya Balita dari rentang usia 1 – 5 tahun. Biasanya cerita ini dibuat lebih mencerminkan tentang permainan dengan tokoh yang lucu.

Selain itu juga ada Lansia, dimana ceritanya lebih banyak berisi lelucon yang menghibur dan mudah dipahami serta tidak perlu banyak berpikir dalam menontonnya, berbeda dengan sasaran cerita remaja atau dewasa.


Baik, sekian pembahasan awal dalam menulis skenario (naskah film). Selain 3 dasar awal diatas, masih ada lagi pembahasan-pembahasan lainnya dalam membuat naskah film yang akan saya lanjutkan dalam postingan ini. :)

Jika ingin mendapatkan update terbaru di blog Catatan Sinematografi ini, bisa dengan mendaftarkan nama dan alamat email pada form dibawah.

[mc4wp_form id=”1463″]

Salam CSinema